Selasa, 06 Maret 2012

Teori Figure-Ground

Teori ini berawal dari studi tentang hubungan perbandingan lahan yang ditutupi bangunan sebagai massa yang padat (figure) dengan ruang-ruang (void-void) terbuka (ground). Secara khusus teori ini memfokuskan diri pada pemahaman pola, tekstur dan poche (tipologi-tipologi massa bangunan dan ruang tersebut). 

Pola Massa dan Ruang

Secara teoritik ada enam tipologi pola yang dibentuk oleh hubungan massa dan ruang yaitu pola anguler, aksial, grid, kurva linier, radial konsentris dan organis. Pola angular adalah konfigurasi yang dibentuk oleh massa dan ruang secara menyiku. Pola aksial adalah konfigurasi massa bangunan dan ruang di sekitar poros keseimbangan yang tegak lurus terhadap suatu bangunan monumentalis. Pola grid adalah konfigurasi massa dan ruang yang dibentuk perpotongan jalan-jalan secara tegak lurus. Pola kurva linier adalah konfigurasi massa bangunan dan ruang secara linier (lurus menerus). Pola radial konsentris adalah konfigurasi massa dan ruang yang memusat. Sedangkan pola organis merupakan konfigurasi massa dan ruang yang dibentuk secara tidak beraturan.



Pola konfigurasi massa bangunan (solid) dan ruang terbuka (void). 
Sumber : Markus Zahn, 2000.


Tekstur perkotaan
 
Tekstur merupakan derajat keteraturan dan kepadatan massa dan ruang. Menurut variasi massa dan ruangnya, secara teoritik ada tiga tipologi tekstur perkotaan yaitu  (1) tekstur homogen ; konfigurasi yang dibentuk oleh massa dan ruangnya yang realtif sama baik dari ukuran, bentuk dan kerapatan, (2) tekstur heterogen ;  konfigurasi yang dibentuk oleh massa dan ruangnya yang ukuran, bentuk dan kerapatannya berbenda, (3) tektur tidak jelas adalah konfigurasi yang dibentuk oleh massa dan ruangnya yang ukuran, bentuk dan kerapatannya     sangat heterogen sehingga sulit mendefinisikannya. 
 
Tekstur konfigurasi massa bangunan dan lingkungan.
Sumber : Markus zahn, 2000 : 81.
 
Kepadatan massa terhadap ruang merupakan bagian penting dalam tekstur perkotaan maka biasanya para perancang membagi tekstur menjadi tipologi kepadatan yaitu (1) tipologi kepadatan tinggi (BCR > 70 %), (2) kepadatan sedang (BCR 50-70 %) dan (3) kepadatan rendah (BCR < 50 %) 
 
Tipologi solid (massa) dan void (ruang)
 
Sistem hubungan di dalam figure/ground mengenal dua kelompok elemen, yaitu solid (massa bangunan) dan void (ruang). Secara teoritik ada tiga elemen dasar yang bersifat solid serta empat elemen dasar yang bersifat void. Tiga elemen solid (atau blok) adalah (1) blok tunggal ; terdapat satu massa bangunan dalam sebuah blok yang dibatasi jalan atau elemen alamiah (2) blok yang mendefinisi sisi ; konfigurasi massa bangunan yang menjadi pembatas sebuah ruang dan (3) blok medan ; konfigurasi yang terdiri dari kumpulan massa bangunan secara tersebar secara luas.
Tipologi masa bangunan  (Blok).
Sumber : Markus zahn, 2000 : 97.

Elemen void (ruang) sama pentingnya, karena elemen ini mempunyai kecenderungan untuk berfungsi sebagai sistem yang memiliki hubungan erat tata letak dan gubahan massa bangunan. Secara teoritik ada empat elemen void yaitu (1) sistem tertutup yang linear ; ruang yang dibatas oleh massa bangunan yang memanjang dengan kesan terutup, biasanya adalah ruang berada di dalam atau belakang bangunan dan umumnya bersifat private atau khusus seperti brandgang (2) sistem tertutup yang memusat ;  ruang yang dibatas oleh massa bangunan dengan kesan terutup, (3) sistem terbuka yang sentral ; ruang yang dibatasi oleh massa  dimana kesan ruang bersifat terbuka namun masih tampak terfokus (misalnya alun-alun, taman kota, dan lain-lain) dan (4) elemen sistem terbuka yang linear merupakan tipologi ruang yang berkesan terbuka dan linear (misalnya kawasan sungai dan lain-lain). Dalam literatur arsitektur, elemen terbuka kadang-kadang juga diberikan istilah soft-space dan ruang dinamis, sedangkan ruang tertutup dinamakan hard-space dan ruang statis.

Tipologi elemen ruang (urban void).
Sumber : Markus zahn, 2000 : 97.

Rob Krier 1991 : 15-62 mengemukakan secara teoritis berbagai tipologi ruang terbuka dan tertutup berdasarkan geometri dasar segi empat, lingkaran dan segi tiga dengan berbagai variasinya. Tipologi-tipologi itu dihasilkan dari proses  pengubahan siku (angling), membagi (segment), menambahkan (addition), menggabungkan (merging), menumpukkan (overlapping), menyimpangkan (distortion) bentuk dasar segi empat, lingkaran dan segi tiga  baik secara reguler (lazim sesuai dengan kaidah merancang) maupun irreguler dalam berbagai skala.

Tipologi ruang terbuka dan tertutup berdasarkan bentuk dasar  segi empat, lingkaran dan segi tiga serta variasinya.
Sumber : Rob Krier, 1991 : 29.

Bentuk Pola Dimensi Unit Perkotaan
Sumber : Buku Perancangan Kota Secara Terpadu, Markus Zahnd



 

Waterfront City

Kota tepian air atau lebih dikenal dengan istilah waterfront city merupakan suatu kota yang perkembangannya dikaitkan dengan unsur air yang terdapat dalam sturktur kota tersebut. Kota tepian air menghasilkan suatu pesona lingkungan yang sangat menarik karena meliputi air dan tanah yang memberikan citra keterbukaan, kualitas temporer dari air seperti daya apung, ombak, arus, pasang surut dan cahaya pada permukaan air, mampu memperkaya dimensi baru ruang-ruang arsitektural yang menjanjikan kemudahan gaya hidup.
Wilayah waterfront city ini dapat meliputi pantai, tepi sungai dan tepi danau. Dahulu waterfront city merupakan sebagai galangan kapal dan gudang-gudang pelabuhan yang terkesan tidak menyenangkan, tetapi dewasa ini waterfront city banyak diminati oleh masyarakat khususnya para pengembang dan pemerintah sehingga saat ini wilayah ini berkembang menjadi lokasi-lokasi yang sangat menguntungkan bagi proyek pengembangan dan penataan kota seperti kawasan hunian, kawasan komersial dan rekreasi. Terlebih lebih lagi jika kita dapat memanfaatkan potensi air yang ada mulai dari keuknikannya keistimewaannya baik dari segi fisik, mental dan emosional dari aquascape, dan ekologi. 

Maka pada pengembangan wilayah tepian air ini dituntut agar kekhasan atau ciri-ciri khusus dari ekosistem air harus dapat tertuang kedalam ruang yang ada sehingga dapat menimbulkan image tentang waterfront city itu sendiri.  Pada hakekatnya pengembangan waterfront city akan memberikan dampak bagi kehidupan manusia yaitu :

Ekonomi
Tinjau dari segi ekonomi maka bangunan yang berada di tepian air tidak akan  dipengaruhi oleh biaya pembelian tanah, karena umumnya bangunan yang dibangun di tepian air hanya memanfaatkan sebagian kecil tanah yang ada.

Sosial
Dari segi sosial umunya suasan dan pemandangan yang diberikan oleh kawasan ini mampu mengurangi tekanan psikis penduduk kota yang disebkan oleh jalan raya dan pekerjaan. Disamping itu juga memberikan kesan keterbukaan, kepekaan hubungan kemanusia bagi masyarakatnya karena pada kawasan ini tidak ada batasan yang membatasi mereka.

Estetika
Ditinjau dari segi estetika, bangunan yang didirikan di tepian air memberikan kesan terdapatnya ikatan yang kuat kedalam material yang sangat menganggumkan dan yang tidak pernah musnah. Konsrtuksi bangunan di air memiliki hubungan kinetik dengan sitenya. Bangunannya sendiri statis, sementara lahannya fluid, bergerak kosntan dan dengan kedalaman dan luas permukaan yang tidak terukur.

Pada dasarnya pengembangan kawasan waterfront city ini meliputi 2 kategori pengembangan yaitu :
  1. Pengembangan wilayah tepian air dengan tujuan menghidupkan kembali nilai-nilai budaya yang ada di waterfront agar dapat memberikan ruang yang nyaman bagi manusia/penghuninya.
  2. Pengembangan wilayah tepian air yang bertujuan memasukan air kedalam penataan lingkungan dalam bentuk penyediaan sarana kenyamanan seperti rekresasi air.  
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pengembanagn terhadap wilayah tepian air menurut Torre Lazzo (1989 : 7 – 11), yaitu :
  1. Untuk mendapatkan kembali (rediscovery) asset lama yaitu dengan memanfaatkan asset lama sebagai magnet bagi kawasan itu sehingga akan mendatangkan turis-turis dan pada akhirnya diharapkan dapat membantu meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat setempat.
  2. Untuk memperbaiki kembali (recliming) wilayah tepian air dengan cara memfokuskan kembali asset air untuk tujuan rekreasi/wisata  sehingga  diharapkan dapat menanggulangi permasalah yang ada dikawan tersebut.
  3. Pengembangan waterfront dengan menggunakan konsep pembangunan yaitu dengan memadukan square dari waterfonrt yaitu people palce dan festival market place.
Menurut Torre (1989 : 31- 38) elemen-elemen yang dapat dipergunakan dalam pengembangan waterfront adalah sebagai berikut :
  1. Tema sangat dipengaruhi oleh faktor iklim serta sejarah dari kawasan tersebut.
  2. Image akan berpengaruh terhadap opini yang diciptakan oleh masyarakat terhadap kawasan tersebut.  Agar pengembangan/pembangunan waterfront dapat berhasil maka akan sangat diperngaruhi oleh keunikan dari tema dan image yang dihasilkan.
  3. Otentik yaitu bahwa waterfront tidak dapat hanya tergantung pada aktifitas air dan pengalaman yang menyenangkan semata tetapi juga harus didukung oleh aktivitas di daratnya.
  4. Fungsional yaitu bahwa kawasan tersebut memiliki akses regional, sirkulasi, kapasitas parkir yang memadai, serta tersedianya pedestrian ways yang baik dan nyaman.



Pola Ruang (Zoning Map)

Menurut PRT Men PU No. 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
  • Blok adalah sebidang lahan yang dibatasi sekurang-kurangnya oleh batasan fisik yang nyata seperti jaringan jalan, sungai, selokan, saluran irigasi, saluran udara tegangan ekstra tinggi, dan pantai, atau yang belum nyata seperti rencana jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan rencana kota, dan memiliki pengertian yang sama dengan blok peruntukan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang.
  • Subblok adalah pembagian fisik di dalam satu blok berdasarkan perbedaan subzona.
  • Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik spesifik.
  • Subzona adalah suatu bagian dari zona yang memiliki fungsi dan karakteristik tertentu yang merupakan pendetailan dari fungsi dan karakteristik pada zona yang bersangkutan.